Beranda | Artikel
Iman Yang Sejati
Kamis, 26 Maret 2009

Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :

حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ قَالَ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ

Abul Yaman menuturkan kepada kami. Dia berkata; Syu’aib mengabarkan kepada kami. Dia berkata; Abu Zinad menuturkan kepada kami dari al-A’raj dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya tidaklah beriman salah seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya dan anak-anaknya.” (HR. Bukhari dalam Kitab al-Iman bab Hubbur rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam minal iman)

Imam Bukhari rahimahullah juga meriwayatkan di dalam Shahihnya :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ الثَّقَفِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّار

Muhammad bin al-Mutsanna menuturkan kepada kami. Dia berkata; Abdul Wahhab menuturkan kepada kami. Dia berkata; Ayyub menuturkan kepada kami dari Abu Qilabah dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Ada tiga perkara; barangsiapa yang memiliki ketiganya maka dia akan merasakan manisnya iman. Yaitu apabila Allah dan rasul-Nya lebih dicintainya daripada segala sesuatu selain keduanya. Dan dia mencintai orang lain semata-mata karena Allah. Dan dia membenci kembali kepada kekafiran sebagaimana orang yang tidak suka dilemparkan ke dalam kobaran api.” (HR. Bukhari dalam Kitab al-Iman bab halawatul iman)

Kedua buah hadits di atas memberikan banyak pelajaran berharga, di antaranya adalah :

  1. Bersumpah dengan menyebut Allah, tidak boleh dengan menyebut makhluk
  2. Bolehnya bersumpah untuk menegaskan sesuatu yang penting tanpa diminta sebelumnya
  3. Dinafikannya keimanan dari orang yang lebih mencintai orang tua dan anaknya daripada kecintaan kepada Rasul
  4. Bolehnya mencintai orang tua dan anak-anak
  5. Ketaatan kepada rasul harus lebih didahulukan daripada ketaatan kepada orang tua atau pun keinginan anak
  6. Iman itu bertingkat-tingkat
  7. Iman juga mencakup amal perbuatan, tidak cukup di lisan
  8. Iman memiliki rasa manis yang bisa dirasakan oleh orang yang beriman
  9. Kecintaan kepada rasul merupakan bagian dan konsekuensi kecintaan kepada Allah
  10. Di dalamnya juga terkandung keutamaan mempelajari al-Qur’an dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
  11. Dorongan untuk ikhlas dalam membangun ukhuwah
  12. Kecintaan kepada orang-orang salih merupakan bagian dari ajaran Islam
  13. Kewajiban untuk membenci kekafiran dan pelakunya
  14. Musibah yang menimpa fisik dan kesehatan tubuh lebih ringan daripada musibah yang menimpa agama dan jiwa manusia
  15. Dan faidah lain yang belum saya ketahui, wallahu a’lam.


Artikel asli: http://abumushlih.com/iman-yang-sejati.html/